Posted on Tinggalkan komentar

Perkataan yang Meremukkan

(Ayb. 19:1-6)

”Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan? Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina
aku, kamu tidak malu menyiksa aku” (Ayb. 19:2-3).

Demikianlah balasan Ayub kepada Bildad orang Suah. Ayub mengakui bahwa kata-kata Bildad itu menyakiti hatinya dan meremukkan dirinya. Dan tak cuma sekali, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”berkali-kali”. Dan ini yang membuat Ayub heran, mengapa mereka merasa benar dan tidak merasa malu melakukan semuanya itu.

Padahal, inilah pola pikir Ayub dalam ayat 4 Alkitab Bahasa Indonesia masa Kini, ”Seandainya salah perbuatanku, itu tidak merugikan kamu.” Ya, seandainya Ayub memang salah, para sahabatnya itu tidak mengalami kerugian sedikit pun. Hanya ini yang tidak dipahami Ayub, mengapa para sahabatnya sepertinya malah menerornya.

Sejatinya, menegur itu merupakan tindakan yang baik. Itu juga salah satu tanda kepedulian kita. Namun, ya jangan ditegur berkali-kali untuk persoalan yang sama. Itu hanya akan membuat yang ditegur merasa dihakimi. Dan kalau sudah demikian, sering kali, teguran tak lagi fokus pada persoalan, malah bisa merembet ke mana-mana.

Selanjutnya, dalam ayat 5-6 Ayub menegaskan, bisa jadi karena ditegur berkali-kali, ”Jika kamu sungguh hendak membesarkan diri terhadap aku, dan membuat celaku sebagai bukti terhadap diriku, insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jala-Nya atasku.”

Itulah yang dirasakan Ayub. Dia merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah. Dan Ayub ingin para sahabatnya juga merasakan hal yang sama.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *