Pada bagian akhir Mazmur 58 Daud menulis: ”Dan orang akan berkata: ’Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’” Dalam awal mazmur ini, Daud mengkritik para penguasa yang tidak menjalankan tugas dengan semestinya, ”Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? Apakah kamu hakimi anak-anak manusia dengan jujur? Malah sesuai dengan niatmu kamu melakukan kejahatan, tanganmu, menjalankan kekerasan di bumi.”
Dalam pemahaman Israel, penguasa tertinggi adalah Allah. Raja adalah mandataris Allah. Dia mendapatkan kuasa dari Allah, dan harus menjalankan kuasa itu sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Seorang raja tidak boleh menyimpang dari hukum-hukum Allah. Dia harus menerapkan hukum-hukum Allah. Dan karena itu, panggilan seorang raja adalah menjadi teladan.
Persoalannya, para penguasa cenderung menyimpang. Kuasa malah membuat orang merasa boleh bertindak sekehendak hatinya, dan lupa bahwa sebagai mandataris Allah, dia wajib mempertanggungjawabkan jalannya kekuasaan itu. Dan ketika raja menyalahgunakan kekuasaannya, Allah pasti akan menurunkan dia dari takhtanya.
Sejatinya setiap orang adalah pemimpin, setidaknya dia memimpin diri sendiri. Itu berarti setiap orang adalah mandataris Allah, yang mesti mempertanggungjawabkan kuasa yang diberikan Allah sendiri. Kuasa itu skalanya bisa besar seperti presiden, bisa juga kecil seperti ketua RT. Bahkan sopir angkot pun punya kuasa—yaitu kuasa dalam memegang kemudi.
Dan setiap kuasa harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, juga di tengah pandemi COVID-19. Jika tidak, maka Allah sendiri yang akan bertindak. Sebab Allah mau keadilan-Nya ditegakkan di bumi.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional