Pada bagian akhir Mazmur 57 Daud berikhtiar: ”Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!” Menarik disimak bahwa mazmur dari Daud ini dibuat ketika dia lari dari Saul dan bersembunyi di dalam gua. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari.
Pertama, situasi dan kondisi Daud, meski dalam tekanan dan kekhawatiran, tidak menghalanginya untuk bernyanyi dan memuji Allah. Mengapa? Karena Daud percaya kepada Allah. Dia percaya bahwa Allahlah yang telah mengurapinya sebagai raja. Kalau sekarang dia dalam keadaan susah, dan dikejar-kejar, itu hanya soal waktu. Dia percaya akan pemeliharan Allah. Kepercayaannya kepada Allah melebihi ketakutannya.
Kedua, kelihatannya Daud memahami bahwa ketakutannya kemungkinan besar hanya akan membuat kecut hati para pengikutnya. Dan itu tentu akan membawa persoalan baru. Dengan tetap bergembira, Daud juga memperlihatkan kepercayaannya kepada Allah kepada para pengikutnya. Itu akan membuat spirit perjuangan kelompok tersebut tetap membara.
Ketiga, bisa jadi Daud hendak memperlihatkan kepada para pengikutnya bagaimana semestinya orang percaya menanggapi tekanan hidup. Rasa takut, jika terus dipelihara, hanya akan membuat seseorang semakin menderita. Ketimbang memelihara rasa takut, lebih baik menyerahkan semua ketakutan itu kepada Allah dan memohon rahmat untuk tetap bergembira.
Di tengah pandemi COVID-19 ini, kita agaknya perlu belajar dari Daud bagaimana menanggapi persoalan. Dan bersama dengan Daud kita bisa berseru seperti pada ayat 10-11, ”Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan.”
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional