(Ams. 2:1-5)
”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.”
Dalam ayat 1-2 penulis Kitab Amsal menggunakan empat kata kerja: menerima, menyimpan, memperhatikan, dan mencenderungkan. Pada kenyataannya kita memang hanya mungkin menerima, menyimpan, memperhatikan, dan mencenderungkan hati pada apa yang penting dalam hidup.
Sedangkan pada ayat 3-4, penulis mengajak para pembacanya untuk berseru, menujukan suara, mencari, dan mengejar pengertian. Meski terkesan lebih agresif, esensinya sama dengan empat kata kerja sebelumnya, yakni menganggap bahwa perkataan hikmat merupakan hal yang penting dalam hidup. Dan semuanya itu bermuara pada pengenalan akan Allah.
Dalam pemandangan penulis Kitab Amsal, manusia sungguh membutuhkan Allah. Sejatinya manusia sendiri sering tidak tahu apa yang paling penting dalam hidupnya sendiri. Mungkin kita sering mengalaminya: Tiba-tiba kita merasa tidak enak; dan kita sungguh-sungguh tidak tahu mengapa kita merasa tidak enak.
Ya, kita sendiri sering tidak mengenal diri kita sendiri. Pada titik ini kita butuh Allah karena Dia sungguh mengenal kita. Sebab Allah pencipta kita. Pengenalan akan Allah membuat manusia mampu mengenali dirinya sendiri. Sesungguhnya puncak hikmat manusia adalah kala dia mengenal Allah. Sebab mengenal Allah akan membuatnya mengenal dirinya sendiri.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Tim Chow