(Luk. 9:18-21)
”Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, ’Kata orang banyak, siapakah Aku ini?’ Jawab mereka, ’Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia, yang lain lagi mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.’ Yesus bertanya kepada mereka, ’Menurut kamu, siapakah Aku ini?’ Jawab Petrus, ’Mesias dari Allah.’ Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.”
Kisah pengakuan Petrus ini memperlihatkan kepada kita pentingnya kedekatan. Kedekatan akan seseorang membuat kita mengenalinya. Makin dekat, makin kenal. Makin kenal, akan membuat kita makin mengasihinya.
Jawaban Petrus, yang mewakili para murid, gamblang memperlihatkan betapa pentingnya kedekatan itu. Mereka yang sehari-hari bersama dengan Yesus memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain perihal Yesus Orang Nazaret.
Yesus memang setegas Yohanes Pembaptis berkait konfrontasi dengan para ahli Taurat dan orang Farisi. Dia pun sehebat Elia. Ketika Yesus membangkitkan anak muda di Nain dan anak perempuan Yairus yang telah mati, tentu orang Yahudi teringat bagaimana Elia membangkitkan anak seorang janda di Sarfat. Namun, pengenalan mereka cuma sebatas itu.
Petrus menyatakan dengan jelas, juga tegas, bahwa gurunya adalah Mesias dari Allah. Kata ”Ibrani” Mesias berarti ”yang diurapi”. Dalam Alkitab Ibrani raja merupakan orang yang paling sering disebut sebagai ”yang diurapi”. Dengan demikian Petrus, sekali lagi mewakili para murid, menyatakan bahwa Yesus adalah yang diurapi Allah. Dan mereka pasti sedikit banyak tahu bahwa Yesus adalah keturunan Daud.
Namun demikian, ini juga yang penting, Yesus mewanti-wanti para murid untuk sementara merahasiakan kemesiasan-Nya. Mengapa? Sebab Yesus tahu pengetahuan mereka belum lengkap. Mereka masih memahami Mesias sebatas orang yang membebaskan Israel dari pemerintah Romawi. Baru setelah peristiwa Paskah mereka semakin memahami pengertian Mesias dalam arti berbeda dan diperteguh oleh peristiwa Pentakosta.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional