(Luk. 9:22)
”Kemudian Yesus berkata, ’Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’”
Gelar ”Anak Manusia” pertama kali disematkan Yesus pada diri-Nya ketika mengampuni seorang lumpuh. Jelaslah, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Namun, tampaknya di sini Yesus hendak menyatatakan bahwa Dia adalah Manusia Sejati sekaligus Allah Sejati.
Sekarang Sang Guru kembali menyematkan gelar itu pada diri-Nya berkait dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Kelihatannya Yesus hendak menyatakan bahwa Dia, Manusia Sejati, akan menjadi wakil seluruh manusia untuk menanggung upah dosa.
Dalam surat kepada jemaat di Korintus, Paulus menyatakan: ”Seperti ada tertulis: ’Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup’, tetapi Adam yang terakhir menjadi roh yang menghidupkan” (1Kor. 15:45). Yesus Orang Nazaret adalah Adam yang terakhir. Dia adalah Manusia sejati. Dialah Anak Manusia.
Ya, Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga. Dalam Alkitab Edisi Studi, yang dimaksud dengan tua-tua di sini adalah sesepuh masyarakat yang hidupnya cukup mapan dan memiliki relasi dengan imam-imam kepala. Mereka kemudian membentuk sebuah mahkamah yang diberi kuasa pemerintah Roma untuk mengambil keputusan menyangkut perkara setempat.
Sang Guru agaknya dengan sengaja menggunakan kata ”harus”. Karena itulah visi-Nya. Dia datang ke dunia memang untuk mati. Jalan salib adalah jalan yang sengaja ditempuh Yesus. Memang bukan jalan mudah. Namun, Yesus melakoninya. Dan karena itulah kita menjadi sembuh.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional