Posted on Tinggalkan komentar

Mengikut Yesus

(Luk. 9:23-27)

”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23) Kalimat Yesus ini diucapkan terbatas dalam lingkungan para murid. Namun, Dia mengundang setiap orang.

Sang Guru agaknya dengan sengaja memakai frasa ”setiap orang”. Kalimat ini bersifat universal. Undangan diberikan kepada semua orang. Itu juga berarti setiap orang bisa mengikut Yesus. Ini anugerah. Pertanyaannya: maukah? Nah, ketika mereka mau, syarat-syarat pun meluncur di sini. Setiap murid diminta menempuh Via Dolorosa ’jalan sengsara’—menderita agar makin banyak orang merasakan kasih Allah.

Menyangkal diri berarti rela tidak menggunakan hak. Menyangkal diri bukanlah melupakan hak, tetapi secara sadar tidak menggunakan hak tersebut. Sebagaimana Yesus ”yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:6-7).

Memikul salib berarti siap menanggung sengsara meski bukan bagiannya. Kesengsaraan di sini bukanlah akibat kesalahan sendiri. Memikul salib berarti siap menanggung sengsara karena memahaminya sebagai kehendak Allah.

Mengikut Yesus berarti berjalan di belakang-Nya. Kristuslah yang di depan. Kehendak-Nyalah yang utama. Bukan sebaliknya. Itulah yang ditekankan Yesus kepada para murid-Nya. Mengikut Yesus berarti melakukan apa yang telah diniatkan!

Alasannya sederhana: ”Karena siapa saja yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa saja yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk. 9:24). Jelaslah, mengikut Yesus, meski terkesan berat, tak membuat kita kehilangan apa pun. Juga nyawa kita. Karena Yesus adalah Allah.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *