(Lukas 5:1-11)
Simon terpana. Guru, yang pernah menyembuhkan ibu mertuanya itu, ternyata punya kuasa dan keahlian lebih dari nelayan danau Genesaret. Mulanya Simon sendiri enggan menjalankan perintah Yesus. Namun, dia merasa tidak enak hati. Bagaimanapun, dia telah merasakan pertolongan-Nya.
Lagi pula, Simon merasa begitu banyak orang yang menghormati-Nya sebagai guru. Mereka begitu antusias mendengarkan Sang Guru mengajar. Bayangkan, Sang Guru mengajar orang banyak itu dari atas perahu! Menolak permintaan Sang Guru di hadapan penggemarnya, tentulah bukan hal yang patut.
Namun demikian, Simon tidak bisa menyembunyikan pendapatnya. Dia tidak mau begitu saja menjalankan perintah Guru dari Nazaret itu. Ketika Yesus memintanya untuk bertolak ke tengah dan menebarkan jala, Simon menjawab, ”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.”
Inilah yang dikatakan Simon. Mereka, para nelayan andal itu, telah bekerja sepanjang malam dan mereka tidak menangkap apa-apa. Mereka telah bekerja keras semalaman dan hasilnya nihil. Sebagai nelayan kawakan Simon tidak malu mengakui bahwa mereka telah gagal, tiada hasil.
Secara rasio dan pengalamannya selaku nelayan, mereka tak mungkin mendapatkan ikan lagi. Namun, ketaatan memang melampaui rasio, juga pengalaman. Ketaatan itulah yang hendak diperlihatkan Simon di sini. Dia taat meski hati dan otaknya sulit menerima perintah itu.
Dan ketaatan itu membawa berkat. Begitu banyak ikan yang tertangkap sehingga mereka perlu bantuan dari nelayan-nelayan lain. Ya, jala mereka sarat dengan ikan. Bahkan mulai koyak.
Menarik diperhatikan, ketika Simon menyaksikan peristiwa tersebut, dia tidak merasa sebagai orang yang diberkati. Dia tidak memuji-muji Yesus atas perbuatan-Nya itu. Dia juga tidak merasa bahwa dia pantas menerima semuanya itu. Tidak. Sama sekali tidak.
Sebaliknya, yang dilakukan Simon ialah tersungkur di hadapan Yesus dan berkata, ”Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Simon merasa tak layak berdekatan dengan Yesus. Bahkan, Simon meminta Yesus segera menjauh darinya karena dia merasa berdosa.
Kita tidak pernah mengetahui mengapa Simon bertindak begitu. Kita juga tidak pernah mengetahui secara persis apa dosa Simon yang membuat dia tersungkur di hadapan Yesus. Yang pasti, di hadapan Yesus, Simon mengakui keberadaannya sebagai manusia berdosa.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional