Posted on Tinggalkan komentar

Penabur dan Jenis Tanahnya

(Luk. 8:4-8; 11-15)

”Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.” Demikianlah Sang Guru memulai ajaran-Nya. Di awal pengajaran, Yesus berbicara mengenai hakikat penabur. Seorang penabur memang harus keluar rumah dan menabur. Jika dia hanya tinggal dalam rumah dan berpangku tangan saja, dia bukanlah penabur, lebih tepat disebut penganggur.

Sebagai penabur profesional, tentunya dia telah menyiapkan benih bermutu. Benihnya bukanlah sembarang benih. Tidak asal benih, tetapi sungguh berkualitas. Benih bermutu menjadi penting karena sebagus apa pun tanahnya, jika benihnya sembarangan maka tidak akan pernah mencapai hasil maksimal.

Prof. Sjamsoeoed Sadjad, pakar benih, berulang kali menegaskan pentingnya benih berkualitas unggulan. Apa pun jenis tanahnya, benih bermutu tetap penting. Sebab, sebaik apa pun jenis tanah, tidak akan mengubah benih yang berkualitas rendah menghasilkan produk unggulan. Dan itu jugalah inti kisah Yesus. Meski benih sama mutunya, namun hasilnya berbeda karena jenis tanah berbeda.

Jenis tanah pertama menggambarkan orang yang tidak mengerti akan firman Allah itu. Ini disebabkan bukan karena kebodohan, tetapi mereka sendiri memang tidak begitu peduli terhadap firman Allah. Mereka tidak mau mengerti. Cuek.

Jenis tanah kedua menggambarkan orang yang hanya mengutamakan emosi. Cepat menerima firman, bersemangat, tetapi akhirnya hilang percuma karena penganiayaan.

Jenis tanah ketiga menggambarkan orang yang hanya mengutamakan rasio. Orang semacam ini, mudah terjebak dalam bahaya kompromi hingga tidak berbuah sama sekali, karena dipusingkan oleh hal-hal yang belum tentu terjadi.

Jenis tanah keempat ialah orang yang mengutamakan hati dan akal budi dalam mendengarkan firman Allah. Ada keseimbangan di sini. Ketika penganiayaan datang, tidak lekas tumbang imannya karena memahami bahwa itulah panggilan kristiani. Akan tetapi, tidak dikhawatirkan oleh krisis-krisis di masa datang, karena tahu bahwa Allah jauh di luar logika manusia.

Nah, pertanyaannya sekarang: Kita jenis tanah yang mana? Jika Saudara ingin menjadi jenis tanah keempat, kita perlu memohon sebelum mendengarkan firman Allah: ”Berikanlah kepada kami hati bersih dan pikiran jernih!

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *