(Luk. 8:9-10)
”Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, ’Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.’”
Para murid mengaku tak tahu maksud perumpamaan Sang Guru. Dan karena itu mereka bertanya. Ini hal logis. Kalau enggak tahu, ya sebaiknya bertanya. Daripada salah tafsir, semestinya bertanya kepada sumber pertama.
Menariknya, Sang Guru sendiri mengemukakan bahwa Dia sengaja mengajar dengan perempumaan agar tak semua orang memahami. Yesus Orang Nazaret ternyata selektif dalam pengajaran-Nya. Jelas pula di sini bahwa pemahaman pun merupakan karunia. Sang Guru sendirilah yang memberikan karunia pemahaman, sehingga para murid-Nya dapat mengerti.
Lalu, apakah makna praktis dari penjelasan Sang Guru bagi kita pembaca masa kini? Pertama, bersyukurlah kalau kita mampu memahami ajaran Yesus. Itu berarti kita dianggap layak untuk memahaminya. Namun, tak perlu kita sombong, sebab itu bukan melulu karena kepandaian dan kebijaksanaan kita. Itu hanya karunia.
Kedua, tak perlu kita bingung atau sakit hati, jika ada orang yang masih tak mengerti berkait dengan iman Kristen kita. Mengapa? Karena mereka belum mendapatkan karunia pemahaman itu. Namun demikian, kita juga jangan bosan dan akhirnya berhenti mengajar. Sebab kita juga tidak tahu kapan tepatnya Allah memberi karunia pemahaman itu.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional