(Pengkhotbah 8:2-8)
Berkait dengan pemerintah, dalam Pengkhotbah 8:2 sang pemikir menasihati: ”Patuhilah perintah raja demi sumpahmu kepada Allah.” Alasannya sederhana. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini Tertera: ”Raja dapat bertindak semaunya, kalau ia tak berkenan, lebih baik jauhi dia. Raja bertindak dengan wibawa; tak ada yang berani membantahnya!”
Mematuhi perintah raja sungguh logis. Sebab dia memang penguasa tertinggi kerajaan. Kalau mau tetap tinggal, menaati aturannya sungguh tepat. Taat aturan merupakan jalan terbaik. Mengapa? Sekali lagi karena dia adalah raja.
Apakah itu berarti ketaklukkan tanpa syarat? Menarik disimak, nasihat sang pemikir dikaitkan dengan Allah. Bahkan mematuhi perintah raja diletakkan dalam ketundukan kepada Allah. Itu berarti kita mesti tunduk terhadap pemerintah karena ketundukan kita kepada Allah. Bagaimanapun Allahlah yang menaikturunkan raja dari takhtanya.
Demikian juga panggilan kita, umat percaya abad XXI. Kita dipanggil untuk menaati semua aturan yang ada. Namun, kita perlu menyatakan kehendak Allah ketika pemerintah sesat jalan. Tentunya, pernyataan kehendak Allah itu—sekali lagi bukan melulu kehendak kita—perlu disampaikan dengan penuh ketulusan.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Arzu Cengiz