(Luk. 6:6-11)
Kisah penyembuhan orang yang tangannya mati sebelah dikisahkan secara gamblang oleh Lukas: ”Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka mendapat alasan untuk mempersalahkan Dia” (Luk. 6:6-7).
Kelihatannya orang yang stroke itu sengaja ditempatkan di sana. Para ahli Taurat dan orang Farisi itu tahu, kemungkinan besar Sang Guru akan tergerak hatinya oleh belas kasihan. Ketika itu terjadi mereka akan punya alasan kuat untuk menyatakan bahwa Yesus melanggar Sabat.
Kita tidak tahu bagaimana perasaan orang yang sedang stroke itu. Sepertinya ahli Taurat dan orang Farisi itu pun enggak mau tahu apa yang sungguh-sungguh diinginkannya. Ya, bagaimana rasanya menjadi alat untuk menjerat Yesus? Padahal dalam hati kecilnya bisa jadi dia ingin sembuh dari penyakit itu.
Namun demikian, Sang Guru tak kehabisan akal. Dia sengaja bertanya berkenaan dengan Sabat, ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Tak ada seorang pun yang menjawabnya. Sebab jawabannya sudah jelas. Dan itulah dasar bagi Yesus untuk menyembuhkan orang itu.
Kalau diperhatikan dengan cermat, Yesus pun tidak berbuat apa-apa. Dia hanya menyuruh orang itu mengulurkan tangannya. Tampak jelas bahwa yang menggerakkan tangan adalah orang itu sendiri. Dan pada saat itulah dia sembuh.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional