(Luk. 6:39)
”Yesus menyampaikan lagi suatu perumpamaan kepada mereka, ’Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?’”
Penulis Injil Matius menujukan perumpamaan ini bagi orang-orang Farisi yang sakit hati akan perkataan Yesus. Sedangkan Lukas tampaknya tidak menunjuk siapa pun. Karena itu, penting juga bagi kita untuk melihat perumpamaan ini bagi setiap orang yang mendengarnya sekarang ini.
Perumpamaan ini sederhana. Orang buta tak mungkin menuntun orang buta. Namun, apa artinya ini bagi kita? Bisa jadi Sang Guru hendak mengajak pendengarnya berpikir dan bertanya dalam hati, ”Apakah aku seorang buta?”
Jika jawabannya adalah ya, maka jalan terlogis bagi kita adalah jangan gegabah menuntun orang buta lainnya. Kita hanya akan mencelakakan orang lain. Atau, jangan pula kita menuntun orang yang kita kira buta, padahal celik matanya; itu hanya akan membuat kita menjadi bahan tertawaan orang. Jadi, ya jangan sombong.
Namun, jika jawabannya adalah tidak, menjadi panggilan kita untuk menuntun orang buta. Membiarkan orang buta jatuh ke dalam lubang adalah tindakan jahat. Panggilan orang celik adalah menjadi mata bagi orang buta. Namun, juga jangan sampai kita sombong, sehingga kita menuntun orang yang buta matanya, padahal celik.
Perumpamaan Sang Guru ini boleh jadi memang tak hanya bicara soal fisik belaka. Menjadi panggilan bagi orang celik untuk membukakan mata orang yang buta terhadap sesuatu yang penting baginya. Namun, sekali lagi, jangan sombong.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional