Posted on Tinggalkan komentar

Murid dan Guru

(Luk. 6:40)

”Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi siapa saja yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.”

Apa makna perumpamaan ini? Khususnya bagi kita yang hidup pada abad XXI ini? Pertama, seorang murid tak boleh sombong dan merasa lebih hebat dari gurunya. Bisa jadi pengetahuannya, karena kesempatan yang lebih banyak, lebih luas dan dalam ketimbang gurunya. Namun, yang tak boleh dilupakannya adalah pencapaiannya itu sedikit banyak disumbang oleh peranan seorang guru.

Kedua, hubungan antara murid dan guru tak pernah berubah. Meskipun seseorang sesudah lulus, namun hubungan antara dia dan gurunya tetap. Memang hubungannya tak lagi ada di dalam kelas. Akan tetapi, hubungan di dalam kelas kehidupan lebih lama dan langgeng sifatnya. Sekali lagi, karena peran guru pada masa lalu memang tak mungkin dihilangkan. Tak ada mantan murid, juga tak ada mantan guru. Ini yang perlu diingat oleh seorang murid.

Ketiga, seorang murid dipanggil pula untuk membagikan ilmunya kepada orang lain. Dengan kata lain, seorang murid pada akhirnya juga dipanggil menjadi seorang guru bagi generasi berikut. Ini merupakan salah satu cara untuk memelihara ilmu seorang guru, sekaligus sebagai cara menghormatinya. Dengan kata lain, jangan pelit ilmu. Seandainya guru-guru kita pelit ilmu, entah apa jadinya kita.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *