Posted on Tinggalkan komentar

Nama-Mu dan Keperkasaan-Mu

Daud memulai Mazmur 54 dengan seruan: ”Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah.” Nyanyian pengajaran ini terinspirasi ketika orang-orang Zifi memberitahukan Saul perihal persembunyian Daud.

Menarik disimak, alasannya adalah nama dan keperkasaan Allah. Teriakan minta tolong itu bukan berdasarkan kebaikan atau kesalehan Daud, tetapi karena nama dan keperkasaan Allah. Kemungkinan besar Daud menyadari, kebaikan maupun kesalehannya sangat lemah untuk menjadi dasar. Bagaimanapun manusia terbatas. Kebaikan maupun kesalehannya itu sering bersifat angin-anginan, tak tentu bak cuaca. Dan karena itu, Daud mendasarkan permintaan tolongnya pada diri Allah sendiri.

Pertama, nama Allah. Allah berarti pencipta. Dalam penciptaan langit dan bumi, penulis Kitab Kejadian membuat refrein untuk setiap tahapan penciptaan: ”Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (Kej. 1:5). Segala yang diciptakan Allah itu baik adanya. Dan Daud memasrahkan dirinya kepada Sang Pencipta yang hanya menciptakan apa yang baik.

Kedua, keperkasaan Allah. Daud menyerahkan dirinya kepada Pribadi yang Mahakuasa. Ini merupakan langkah logis. Aneh rasanya meminta pertolongan kepada pribadi yang tidak mampu berbuat apa pun.

Pandemi Covid-19 menyadarkan kita betapa lemah dan terbatasnya manusia itu. Dan karena itulah, kita perlu senantiasa mendasarkan seruan kita pada nama dan keperkasaan Allah!

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *