(Ams. 3:9-10)*
”Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”
Menarik disimak nasihat dari penulis Kitab Amsal ini. Mengapa harus hasil pertama? Hasil pertama—berkait panen—menjadi sungguh signifikan (penting dan bermakna). Sebab hasil pertama itu berkait dengan prioritas—siapakah yang akan didahulukan? Itu menjadi penting karena tidak sedikit orang yang takut memprioritaskan Allah. Khawatir jika tidak ada hasil kedua, ketiga, dan seterusnya, banyak orang yang takut memberikan persembahan.
Kisah Janda Miskin di Sarfat bisa menjadi teladan. Dalam keadaan to be or not to be ‘hidup atau mati’ karena hanya punya sedikit tepung dan minyak, Nabi Elia minta dibuatkan sepotong roti bundar kecil. Prioritas memang masalah kepercayaan. Persembahan juga masalah kepercayaan.
Dan kita tahu akhir ceritanya, tertera dalam 1 Raja-raja 17:16: ”Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.”
Ketika kita memprioritaskan Allah dalam hidup kita, maka Allah sendiri akan memprioritaskan kita. Sesungguhnya inilah Injil itu: Allah sudah memprioritaskan kita. Buktinya, Dia sudah mati dan bangkit untuk manusia. Sejatinya pula semua harta kita merupakan anugerahnya semata. Kalau sudah begini, aneh rasanya jika kita tak mau menghormati Allah dengan harta kita.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Istimewa