”Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan aku. Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku, ya Allahku, janganlah berlambat!” Demikianlah Daud menutup Mazmur 40. Sejatinya, ayat pamungkas ini memperlihatkan sebuah pengakuan bahwa di hadapan Allah manusia memang sengsara dan miskin. Meskipun demikian, yang dimaksud dengan ”miskin” di sini, bukanlah sekadar tak punya harta, tetapi lebih pada ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah.
Berkait dengan miskin ini pula, Tuhan Yesus pernah bersabda, ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3). Dalam Alkitab BIMK tertera: ”Berbahagialah orang yang merasa tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan saja; mereka adalah anggota umat Allah.” Kemungkinan besar yang dimaksud miskin di sini adalah perasaan ketergantungan hanya kepada Allah saja.
Orang-orang ”yang miskin di hadapan Allah” disebut Yesus berbahagia karena mereka telah sampai pada kesadaran bahwa mereka tidak dapat lagi menggantungkan diri pada harta benda untuk meraih kebahagiaan sejati. Mereka mencari kebahagiaannya hanya kepada Tuhan saja. Dan menurut Daud, memang hanya kepada orang-orang macam beginilah, yang pasti akan mendapat perhatian Allah.
Dalam pandemi Covid-19 sikap miskin di hadapan Allah ini perlu kita kembangkan dalam diri. Untuk itu kita bisa berseru seperti Daud pada awal mazmur ini: ”Aku sangat menanti-nantikan TUHAN.”
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional