Posted on Tinggalkan komentar

Menyanyikan Kasih Setia dan Hukum

Di awal Mazmur 101, Daud berikhtiar: ”Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN”. Pertanyaannya: apa yang dimaksud dengan ”menyanyikan kasih setia dan hukum”?

Daud memang penyair, bisa jadi dia juga gemar bernyanyi. Mungkin yang dimaksud dengan ”menyanyikan kasih setia dan hukum” adalah menjalani kasih setia dan hukum dengan senang dan bukan beban. Pertanyaan yang mungkin kita ajukan: Bagaimana caranya memandang kasih setia dan hukum sebagai sesuatu yang menyenangkan?

Agaknya kita perlu memandang diri kita sebagai orang yang telah merasakan betapa berharganya kesetiaan itu sendiri. Bayangkan apa jadinya kita ketika ibu kita menolak menyusui kita sewaktu bayi karena alasan capek? Pikirkanlah apa jadinya nasib kita saat guru kelas tak begitu sabar mengajari kita? Lalu, apa jadinya diri kita jika pemilik perusahaan memecat dengan sewenang-wenang karena tak punya lagi dana untuk menggaji kita saat pandemi ini? Semua itu tidak terjadi karena ada unsur kesetiaan. Keberadaan kita sekarang ini sedikit banyak merupakan buah kesetiaan orang lain.

Mengenai hukum, baiklah kita mengingatnya sebagai peranti yang akan membuat hidup kita lebih manusiawi. Tanpa hukum semua jadi berantakan. Misalnya: budaya antre menolong setiap orang merasakan bahwa keadilan ditegakkan. Ketika seseorang melanggarnya, orang lain yang tak suka akan melabraknya yang membuat si pelanggar malu sendiri. Kalaupun enggak ada yang menegur, percayalah bahwa nilai diri si pelanggar telah jatuh di mata orang lain. Jika memang demikian, apa gunanya melanggar aturan? Menerapkan aturan dengan semestinya akan membuat kita lebih percaya diri.

Oleh karena itu, agaknya kita perlu belajar berikhtiar seperti Daud dalam ayat 2, ”Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.” Marilah kita belajar hidup tulus, mulai dalam rumah kita sendiri, juga di tengah pandemi ini.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Ben White

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *