(Luk. 11:53-54)
”Setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan berbagai pertanyaan. Mereka berusaha menjebak-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.”
Demikianlah catatan Lukas berkait dengan sikap dan tindak yang diambil para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka terus memata-matai Yesus Orang Nazaret. Sepak terjang Yesus terus diperhatikan. Mereka berupaya mencari celah kapan Sang Guru melakukan kesalahan. Kesalahan sekecil apa pun dapat menjadi senjata bagi mereka untuk menjatuhkan Yesus.
Tak hanya terus mengintai, namun Yesus Orang Nazaret sengaja dibuat lelah secara intelektual dengan banyaknya pertanyaan. Tentu saja pertanyaan itu dimaksudkan bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi agar mereka mendapatkan suatu alasan untuk menjatuhkan Yesus berdasarkan apa yang diucapkan-Nya.
Perhatikanlah betapa Yesus dikeroyok dengan banyak mata dan banyak suara. Dan tujuan semuanya itu adalah untuk menjatuhkan Sang Guru.
Nah, apa yang dapat kita pelajari sekarang ini? Ketimbang terus-menerus mengintai sepak terjang orang lain atau menjebak orang lain untuk menjatuhkannya, kita dipanggil untuk mengamat-amati diri kita sendiri. Itu akan menolong kita untuk lebih waspada terhadap apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan. Ya, mengamat-amati diri sendiri akan membuat kita lebih peka terhadap gerak rasa, nalar, juga tubuh kita.
Itu jugalah yang bisa kita lakukan pada Sabtu Sunyi ini.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional