Daud memulai Mazmur 64 dengan ratapan: ”Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat.” Daud tidak hanya mengadu, tetapi juga mengaduh. Mengaduh memperlihatkan betapa beratnya penderitaan Daud, sekaligus juga menyatakan bahwa anak Isai itu tak jaim (jaga image) di hadapan Allah.
Dalam ayat 2-3, Daud berseru, ”Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan, yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah.”
Di mata Daud tindakan para musuhnya tidak termasuk kategori perbuatan yang tidak disengaja. Tidak. Perbuatan itu sungguh direncanakan. Dan fitnahan-fitnahan mereka tajam, yang membuat banyak orang menganggapnya benar. Dan itulah yang menyesakkan hati Daud.
Dan persoalan mendasarnya adalah para musuh Daud percaya bahwa perbuatan jahat mereka tidak ada yang melihat. Itu berarti mereka tidak lagi percaya pada kemahatahuan Allah. Sehingga mereka merasa aman-aman saja. Bisa jadi mereka menganggap perbuatan mereka biasa-biasa saja. Dalam ayat 7, dengan bangganya mereka berkata, ”Kami membuat rencana yang sangat licik.” Dan karena itulah, Daud mengaduh kepada Allah.
Mungkin saja dalam masa pandemi ini kita juga menyaksikan hal yang sama. Tak sedikit orang yang memancing di air keruh atau menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Jika demikian halnya, baik jika kita berkata kepada diri sendiri, ”Jangan ikut-ikutan!”
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional