Mazmur 63 digubah Daud ketika dia harus melarikan diri ke padang gurun Zif untuk menghindari Saul yang hendak membunuhnya. Bisa dimaklumi kalau situasi dan kondisi padang gurun mewarnai syairnya. Perhatikan, di awal syairnya Daud berseru, ”Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.”
Daud sadar Saul bukan tandingannya. Dia juga segan melawan mertuanya itu karena merasa tak berhak membunuh orang yang diurapi Allah. Dan karena itulah, Anak Isai itu meminta campur tangan Allah sendiri. Daud mencari Allah. Sebab dia paham hanya Allahlah yang dapat mengubah hati Saul.
Bisa jadi, dalam pelariannya, Daud terus mencari tahu mengapa Saul membencinya. Bukankah dia tak pernah merugikan sang raja? Bukankah selain menantu, dia sendiri adalah sahabat karib Yonatan anak Saul? Dan agaknya yang lebih menyesakkan, Daud merasa tak seorang pun di Israel yang punya nyali membantah raja. Pada titik inilah Daud sungguh-sungguh membutuhkan Allah bak tanah kering tiada berair. Dan karena itulah, Daud mencari Allah.
Mencari itu tak ubahnya orang yang kehilangan dompetnya. Mungkin Sahabat pernah merasakannya. Pikiran kita tertuju pada dompet tersebut dan kita merasa lalu membuat rekonstruksi kapan terakhir kali melihat dompet tersebut. Bahkan, sampai terbawa mimpi segala. Sebab ini pula pengakuan iman Daud pada ayat 4, kasih Allah lebih baik daripada hidupnya sendiri. Itu jugakah pengakuan iman kita pada masa pagebluk ini?
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional