(Lukas 4:31-32)
”Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras, ’Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’ Tetapi Yesus membentaknya, ’Diam, keluarlah dari dia!’ Setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari dia dan sama sekali tidak menyakitinya. Semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, ’Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.’ Lalu tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.”
Kerasukan setan bisa diartikan bahwa setan itu menguasai manusia, sehingga manusia itu tidak lagi menjadi dirinya sendiri. Manusia yang dirasuki setan bukanlah manusia merdeka. Dia bertindak tanpa sadar.
Yesus, Guru dari Nazaret itu, tak suka dengan situasi macam begini. Atas semua setan itu, Dia hanya punya satu keputusan: ”Diam, keluarlah dari dia!” Dan setan itu pun pergi. Dia mendengarkan perkataan Yesus dan menaati-Nya.
Yesus hadir untuk membebaskan manusia dari belenggu yang mengikatnya. Dalam Yesus, manusia menjadi manusia merdeka di hadapan Allah. Manusia menjadi dirinya sendiri. Semuanya itu hanya akan terjadi kala manusia tunduk kepada Yesus. Dan ketundukan itu dimulai dengan mendengarkan-Nya.
Kalau kita menyebut diri murid Yesus, mendengarkan Dia bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Aneh rasanya menyebut diri murid, namun enggan mendengarkan Sang Guru. Setan saja mendengarkan, bahkan menaati, Yesus yang bukan gurunya; masak kita kagak?
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional