(Ams. 3:27)
”Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.” Demikianlah nasihat penulis Kitab Amsal kepada pembacanya. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Jika kau mempunyai kemampuan untuk berbuat baik kepada orang yang memerlukan kebaikanmu, janganlah menolak untuk melakukan hal itu.”
Dalam nasihat ini jelas, penulis bicara soal kemampuan dan kemauan. Dia menekankan pentingnya kemauan bagi yang mampu melakukan. Kemampuan itu sendiri merupakan berkat. Tak semua orang mampu melakukan. Nah, ketika kita memang mampu, mengapa pula tidak melakukannya?
Persoalannya sering memang di sini. Kadang kita berkhayal bahwa kita akan melakukan kebaikan seandainya mampu. Hanya masalahnya, saat mampu kita malah lupa melakukannya. Padahal, sekali lagi, kemampuan itu adalah berkat dari Allah sendiri. Sehingga ketika tidak melakukannya, kita mungkin perlu bertanya lagi mengapa Allah mengizinkan kita mempunyai kemampuan itu.
Sekali lagi, persoalannya sering memang di sini. Ketika kita mampu, kemauan itu mendadak sirna. Mungkin ini juga alasannya, penulis Kitab Amsal mencantumkan perintah ini: ”janganlah menahan kebaikan!”
Kelihatannya kebaikan memang sesuatu yang otomatis mengalir, seperi air yang selalu mencari tempat rendah, dan mustahil ditahan. Dan kebaikan itu sesungguhnya memang dari Allah asalnya. Sehingga, aneh rasanya jika kita malah menahannya.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: I Hassan