(Ams. 3:24-26)
Dalam ayat 24, penulis Kitab Amsal mengingatkan salah satu kegunaan hikmat: ”Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak.” Menurut penulis, salah satu tanda orang berhikmat adalah dia tidak gelisah. Tidurnya pun nyenyak.
Tidur nyenyak sejatinya memang anugerah. Namun, ketika beranjak tidur dalam keadaan masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, pikiran dan hati enggan diajak istirahat. Yang mengakibatkan diri sering terbangun. Bahkan, suara perlahan saja bisa menyebabkan kita bangun dari tidur.
Lalu, bagaimana hikmat bisa membuat kita tidur nyenyak? Pertama, dengan hikmat, baiklah kita mengatur waktu kerja kita begitu rupa sehingga tak ada lagi utang kerja. Tentu kita juga harus memperhitungkan kapasitas diri—waktu, tenaga, pikiran, juga hati. Ini pun juga butuh hikmat. Lebih dari kapasitas diri akan membuat kita tambah stres.
Kedua, dalam ayat 25-26 penulis Kitab Amsal menasihati: ”Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang. Karena TUHANlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat.”
Penulis menyatakan bahwa Allah bersedia menjadi sandaran. Itu berarti, ketenangan bukan karena mengandalkan diri sendiri, tetapi kita tahu ada Allah yang bersedia menjadi penopang.
Rasa takut biasa muncul ketika menyadari betapa rapuhnya kemanusiaan kita. Namun, perlahan rasa itu memudar, digantikan ketenangan, kala menyadari bahwa Allah yang Mahakuasa bersedia menjadi sandaran kita. Percayalah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Alisa Anton