Posted on Tinggalkan komentar

Memelihara Hikmat

(Ams. 3:21-23)

”Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu. Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman, dan kakimu tidak akan terantuk.”

Penulis menasihati pembacanya untuk mau memelihara hikmat. Sebagaimana pisau harus diasah, hikmat perlu dipelihara… perlu dihidupi. Sebab itulah yang menghidupkan manusia. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah belajar. Belajar dari siapa, bahkan dari apa saja. Belajar akan menolong hikmat manusia bertumbuh.

Hikmat yang matang akan memampukan manusia untuk memilah, dan akhirnya, memilih. Pilihan itu tentu saja bukan tanpa risiko. Akan tetapi, hikmat yang matang menolong manusia memahami risiko-risikonya, dan akhirnya memperlengkapi diri untuk meminimalkan, atau mengantisipasi risiko jika memang muncul. Itu jugalah yang akan menjaga manusia agar tidak tersandung.

Memelihara hikmat juga merupakan panggilan kita, orang percaya pada abad XXI ini. Terlebih saat belajar menyesuaikan diri kala hidup dalam kenormalan baru.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Nicolas J

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *