(Ams. 3:19-20)
”Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.”
Demikianlah pengakuan, sekaligus penjelasan, penulis Kitab Amsal. Itu berarti Allah tidak asal-asalan dalam mencipta sesuatu. Semua serbasinkron; dan bukan tanpa tujuan. Manusia dapat memahaminya karena hikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Misalnya, berkenaan dengan hujan tadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”hujan” diartikan sebagai ”titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan”. Dalam pelajaran IPA kita belajar bahwa air yang ada di bumi ini menguap karena panas matahari. Dan sesampainya di langit uap air berubah menjadi titik-titik air karena proses kondensasi dan akhirnya turun sebagai hujan.
Kelihatannya ini memang hukum alam biasa: air dipanaskan menjadi uap. Namun, hukum yang tampak biasa ini sudah ditetapkan Allah sebelumnya. Dan hukum yang tampak biasa itu dipakai Allah untuk membuat hujan. Sesungguhnya hukum alam itu adalah juga hukum Allah. Dan semuanya untuk kemaslahatan hidup manusia.
Sebagai orang yang dikaruniai hikmat, kita pun dipanggil untuk berkarya. Dan semuanya itu semestinya juga untuk kemaslahatan hidup manusia. Dengan kata lain: jangan egois!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Mette Kostner