(Luk. 6:31-36)
”Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” Nasihat Yesus Orang Nazaret ini gamblang. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”Bagaimanakah kalian ingin orang lain memperlakukan kalian? Nah, perlakukan mereka seperti itu juga.”
Apa yang sungguh penting di sini? Pertama, ada standar. Standarnya adalah kemauan diri. Jika kita ingin diperlakukan dengan standar itu, kita mesti melakukan orang lain seturut standar itu. Jangan gunakan standar ganda! Karena tentunya kita tak ingin orang lain juga menggunakan standar ganda.
Kedua, tampaknya Sang Guru berbicara juga tentang waktu. Mana yang lebih dahulu? Sang Guru menegaskan, para muridlah yang harus terlebih dahulu berbuat. Jangan tunggu orang lain melakukannya terlebih dahulu. Sebab, jika demikian, kita telah melanggar hal pertama tadi.
Ketiga, inilah pola Kerajaan Allah. Allahlah yang terlebih dahulu mengasihi manusia dan bukan sebaliknya. Allahlah yang berinisiatif. Allahlah yang mengambil langkah pertama. Dia tidak menunggu.
Nah, persoalan terbesarnya di sini. Kadang kita lebih suka menunggu. Sehingga Sang Guru pun menegaskan dalam ayat berikut: ”Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.”
Ini memang soal waktu. Sehingga Sang Guru pun kembali menekankan: ”Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan tanpa mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati.”
Akhirnya semuanya bermuara kepada Allah Bapa. Dan mestinya kita pun demikian karena kita adalah anak-anak-Nya. Kalau enggak, aneh rasanya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional