Posted on Tinggalkan komentar

Berilah, Jangan Pinta Kembali

(Luk. 6:30)

”Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.”

Bisa jadi nasihat Yesus ini membingungkan kita. Bagaimana dengan orang yang berutang kepada kita? Apakah kita dilarang memintanya kembali? Bukankah utang harus dibayar? Bagaimana menerapkan nasihat ini dengan bijak?

Berkait utang, menurut rekan saya Santo Hoyaranda, ketika orang berutang kepada kita dan kita memberikannya, maka pujiannya kepada kita setinggi bintang di langit. Nah, kalau dia kembali ingin berutang meski utangnya belum dibayar, dan kita beri, maka pujiannya menjadi setinggi langit-langit. Ketika kali ketiga dia berutang, dan lagi-lagi utangnya belum dibayar, dan kita tidak memberikannya maka dia akan memarahi kita.

Saat orang hendak berutang kepada kita, semestinya kita perlu menanyakan apakah utangnya itu untuk makan, kesehatan, atau usaha. Jika untuk makan dan kesehatan, sebaiknya kita memberikannya dan tak usah mengharapkan Kembali. Namun, kalau untuk usaha, kita perlu menekankannya sebgai utang yang harus dikembalikan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki dana taktis keluarga, yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk kebutuhan sesama kita. Dan dengan cara demikian kita menjadi lebih mampu menjalani perintah pertama Sang Guru.

Lalu, bagaimana dengan orang yang merampas barang kita? Jalan Sang Guru sepertinya logis: relakan saja. Bisa jadi, dia juga telah menjualnya. Kalau untuk hidup, bukankan kita telah menghidupinya. Dan biasanya Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *