(Luk. 6:37)
”Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Janganlah kamu suka mempersalahkan, maka kamu pun tidak akan dipersalahkan; ampunilah dan kamu akan diampuni.”
Yesus Orang Nazaret melarang para murid-Nya menghakimi orang lain. Menarik disimak bahwa imbauan untuk memberi dikaitkan dengan larangan menghakimi. Memang sedikit banyak ada hubungannya. Orang yang suka mengkritik orang lain, dan terus-menerus melihat kesalahan orang lain, cenderung tidak suka memberi dalam arti seluas-luasnya. Atau kalau dia memberi pun, pemberiannya mudah diduga tidak lepas dari kritik terhadap orang yang diberi. Bisa jadi juga pemberian itu akhirnya tak lebih dari ajang pamer.
Bagaimana caranya agar kita lepas dari kecenderungan menghakimi orang lain? Ingatlah bahwa kita bukan hakim sesama kita. Semua manusia dicipta setara. Kita pun juga enggak hebat-hebat amat. Yang boleh menghakimi hanya Allah.
Penghakiman hanya membuat diri kita sendiri capek. Sebab penghakiman pada satu hal akan merembet ke hal lainnya. Jika tidak dihentikan, akan terus membuat pikiran dan hati kita letih. Bisa jadi ada rasa puas karena kita merasa diri kita lebih hebat. Namun, kita pun jujur merasa bahwa semuanya semu. Terlebih, sekali lagi, jika kita melihat keberadaan diri. Yang akhirnya membuat kita malu sendiri.
Sehingga, ketika hati dan pikiran mulai menggoda menghakimi orang lain, kita perlu diam sejenak dan bertanya dalam hati, ”Mengapa kita melakukannya?” Jika kita tidak mampu dengan tulus menjawabnya, tak perlu kita lanjutkan. Sebab jangan-jangan itu hanya memupuk ego diri!
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional