(Ayb. 13:1-6)
Ayub masih belum berhenti bicara. Dia bersikukuh: ”Sesungguhnya, semuanya itu telah dilihat mataku, didengar dan dipahami telingaku. Apa yang kamu tahu, aku juga tahu, aku tidak kalah dengan kamu. Tetapi aku, aku hendak berbicara dengan Yang Mahakuasa, aku ingin membela perkaraku di hadapan Allah” (Ayb. 13:1-3).
Sekali lagi Ayub marah kepada para sahabatnya. Dia menandaskan bahwa tidak bodoh-bodoh amat. Dia sungguh-sungguh tahu bahwa penghakiman para sahabatnya itu tidak berdasar sama sekali. Dan karena itu dia menegaskan bahwa dia ingin berbicara langsung dengan Allah dan membela perkaranya di hadapan Allah.
Ayub tampaknya insaf bahwa apa yang menimpanya bukanlah perkara biasa. Dia sendiri tidak mengerti, apalagi orang lain. Yang paling tahu tentu Allah sendiri. Karena itulah Ayub ingin membela perkaranya di hadapan Allah. Ayub ingin keadilan. Dan dia tahu hanya Allah yang sanggup menjawab pertanyaannya.
Pernyataan ini sungguh memperlihatkan kualitas laki-laki dari Tanah Us ini. Dia ingin berdiri di hadapan Allah—muka dengan muka. Ayub tidak memperlihatkan rasa gentar sedikit pun. Mungkin karena dia tahu Allah memang mengasihi. Ayub memang tidak mengerti musibah yang menimpanya, juga kediaman Allah yang tampaknya tak memedulikannya.
Namun, di atas semuanya itu Ayub percaya Allah mengasihinya. Kalau tidak, mana berani dia berhadapan empat mata dengan Allah? Kelihatannya Ayub juga percaya bahwa Allah akan membela haknya. Ini memang masalah iman. Dan Ayub memilikinya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional