(Ayb. 39:22-28)
”Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya? Engkaukah yang membuat dia melompat seperti belalang? Ringkiknya yang dahsyat mengerikan” (Ayb. 39:22-23). Demikianlah pertanyaan Allah kepada Ayub. Jawabannya: pastilah bukan Ayub. Semua itu hanyalah karya Allah.
Tenaga kuda memang besar. Hingga hari ini manusia mengabadikannya sebagai ukuran kemampuan mesin: tenaga kuda. Ya, mana ada tenaga keledai. Tak hanya tenaga yang diberikan Allah pada kuda. Ia juga memberikan surai yang membuat kuda tampak anggun. Kemampuan melompat kuda bak belalang merupakan karunia Allah yang menjadikannya sebagai hewan tempur, belum lagi ditambah ringkiknya yang bisa menggetarkan hati orang.
Dalam ayat 24-25 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dengan semangat menyala-nyala kuda itu berlari; bila trompet berbunyi tak dapat ia menahan diri. Ia mendengus setiap kali trompet dibunyikan dari jauh tercium olehnya bau pertempuran. Didengarnya teriak para perwira ketika mereka memberi aba-aba.” Ya, kuda dikenal sebagai hewan yang tak punya rasa takut. Sehingga sering menjadi andalan bagi banyak tentara.
Namun, di atas semuanya itu, Allah menegaskan bahwa semuanya itu—kekuatan, ketangkasan, juga nyali kuda—merupakan pemberian Allah. Dengan cara begini Allah hendak mengingatkan Ayub, juga kita yang hidup pada abad XXI ini, aneh rasanya kalau Ayub merasa diri setara dengan Allah.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional