Posted on Tinggalkan komentar

Elang dan Rajawali

(Ayb. 39:29-33)

”Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan? Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi? Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi. Dari sana ia mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati; anak-anaknya menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia.”

Apakah Ayub yang mengajari burung elang terbang? Pasti bukan. Bagaimana mungkin makhluk yang tak bisa terbang mengajar terbang, kepada seekor burung lagi. Allah memperlengkapi seekor elang dengan kemampuan terbang agar bisa hidup.

Kalau burung rajawali, elang besar, terbang pun, itu atas kemauannya sendiri. Ayub tak mungkin menyuruhnya terbang. Apalagi memerintahkannya untuk membuat sarangnya di bukit batu yang tinggi. Perilaku burung rajawali juga unik. Dari ketinggian sembari berputar-putar dia mengamat-amati mangsa dan langsung menyambarnya dengan sekali cengkeram dan membawanya kepada anak-anaknya.

Seekor rajawali bisa melihat tikus dari jarak sekitar 30 m dari udara dan langsung menukik tajam dengan kecepatan mencapai 190 km per jam. Dengan kata lain, rajawali hanya butuh waktu kurang dari dua detik untuk memangsa seekor tikus. Daya penglihatan dan kecepatan terbang itulah yang membuat burung rajawali dapat hidup dan berkembang biak. Dan itu pun pemberian Allah.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *