(Ayb. 15:1-16)
”Apakah orang yang mempunyai hikmat menjawab dengan pengetahuan kosong, dan mengisi pikirannya dengan angin? Apakah ia menegur dengan percakapan yang tidak berguna, dan dengan perkataan yang tidak berfaedah?” (Ayb. 15:2-3).
Sekali lagi, Elifas mengkritik Ayub. Di mata Elifas, perkataan Ayub hanyalah pepesan kosong. Bahkan, dengan perkataannya itu Ayub telah membuat orang tidak takut lagi, bahkan tidak takut lagi, kepada Allah. Kepercayaan diri Ayub membuat Elifas semakin yakin bahwa Ayub memang bersalah. Dalam ayat 6, Elifas menegaskan: ”Mulutmu sendirilah yang mempersalahkan engkau, bukan aku; bibirmu sendiri menjadi saksi menentang engkau.”
Selanjutnya Elifas menyataka bahwa tidak ada alasan bagi Ayub untuk menganggap dirinya benar dan berhikmat. Dalam ayat 7-10 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kaukira engkau manusia pertama yang dilahirkan? Hadirkah engkau ketika gunung-gunung diciptakan? Apakah kau mendengar Allah membuat rencana-Nya? Apakah hanya engkau yang mempunyai hikmat manusia? Segala yang kauketahui, kami pun ketahui; segala yang kaufahami, jelas pula bagi kami. Hikmat ini kami terima dari orang yang beruban; mereka sudah ada sebelum ayahmu dilahirkan!”
Maksud Elifas dengan semuanya itu jelas: sikap dan perbuatan Ayub tak layak dibenarkan. Dengan gaya bahasa retorik, dalam ayat 14, Elifas berkata, ”Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan?” Jawabannya pasti tidak ada. Dan dengan demikain, Elifas hendak menyatakan bahwa semua pembelaan diri Ayub sungguh tak masuk akal.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional