(Luk. 3:1-2)
”Dalam tahun kelima belas pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi gubernur Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun” (Luk. 3:1-2).
Latar belakang kemunculan Yohanes Pembaptis versi Lukas menarik disimak. Lukas merasa perlu menampilkan banyak nama pemimpin—baik pemimpin politik maupun pemimpin agama. Mengapa Lukas melakukannya? Tentu hanya Lukas yang tahu, namun kita bisa menduganya.
Catatan Lukas—sesuai kebiasaan penulis pada zamannya—menyiratkan bahwa panggilan Allah kepada Yohanes bukanlah di luar ruang hampa. Berita pertobatan yang dinyatakan Yohanes Pembaptis hadir dalam sebuah konteks. Dan konteksnya adalah hidup keagamaan dan politik. Lukas menempatkan karya Yohanes Pembaptis dalam kerangka sejarah dunia bangsa-bangsa dan sejarah Israel sendiri. Ia merasa perlu menyebut kaisar Roma, wali negeri Yudea, tiga raja wilayah, dan dua imam besar. Totalnya tujuh. Angka keramat bagi pembaca Yahudi.
Menarik pula disimak Lukas tak hanya bicara soal politik lokal, melainkan juga politik global. Pencantuman nama Kaisar Tiberius jelas memperlihatkan hal itu. Bisa jadi Lukas hendak menyatakan bahwa berita pertobatan itu dampaknya bisa meluas, tak hanya di lingkungan Israel, tetapi juga dunia.
Penyebutan wilayah Iturea dan Trakhonitis yang terkenal sebagai wilayah kafir jelas memperlihatkan bahwa berita pertobatan itu bukan hanya untuk orang Yahudi saja, tetapi juga bangsa-bangsa lain. Pertobatan itu universal sifatnya. Dan tentu saja dibutuhkan dalam kehidupan politik dan agama.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional