(Luk. 15:1-3)
Bacaan Alkitab ini menggemakan kembali pentingnya memperhatikan konteks dalam sebuah peristiwa. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengartikan konteks sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Mengetahui konteks akan membuat kita lebih memahami peristiwa atau individu. Manusia sesungguhnya merupakan individu yang berkonteks. Manusia mempunyai konteks dan akan selalu hidup dalam konteks. Manusia tidak lepas dari konteksnya atau lingkungannya.
Dalam linguistik konteks diartikan sebagai bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan konteks saat membaca Alkitab. Tiga perumpamaan dalam Lukas 15 merupakan jawaban Yesus atas komentar orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang dicatat penulis pada Lukas 15:2. Mereka protes sebab Yesus bergaul akrab dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa.
Dan persoalan awal dari protes itu agaknya memang di sini: mereka tidak memperhatikan konteksnya. Mereka tidak sungguh-sungguh bertanya mengapa Yesus bergaul akrab dengan orang-orang kelas dua itu. Jawabannya, tertera pada Lukas 15:1: ”mereka datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia”. Orang-orang yang dianggap berdosa ini datang dan mendengarkan Yesus. Mereka datang bukan untuk memata-matai Yesus. Mereka datang bukan untuk mencobai Sang Guru dari Nazaret. Mereka datang bukan untuk menjadikan Yesus tontonan. Mereka punya satu tujuan: mendengarkan kata-kata Sang Guru.
Ketika orang Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut tentang hal tersebut Yesus berbicara soal konteks yang lebih besar lagi. Bahwa tujuan besar Allah ialah supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Ketiga perumpamaan itu—baik tentang domba yang hilang, dirham yang hilang, maupun anak yang hilang—hendak menyajikan hal yang sama bahwa semuanya adalah milik Allah. Dan Allah ingin semua milik-Nya diselamatkan dan bersekutu bersama dengan-Nya. Inilah konteks terbesar Allah saat mengutus Anak-Nya ke dalam dunia!
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional