(Ayb. 33:8-13)
”Tetapi engkau telah berbicara dekat telingaku, dan ucapan-ucapanmu telah kudengar: Aku bersih, aku tidak melakukan pelanggaran, aku suci, aku tidak ada kesalahan. Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku, Ia menganggap aku sebagai musuh-Nya. Ia memasukkan kakiku ke dalam pasung, Ia mengawasi segala jalanku” (Ayb. 33:8-11).
Elihu memaparkan kesalahan Ayub . Di mata Elihu, kesalahan terbesar Ayub adalah merasa bersih, tidak melakukan pelanggaran, suci, dan tidak ada kesalahan sedikit pun. Dalam ayat 9-11 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kau berkata, ’Aku bersih, tak melakukan pelanggaran. Aku tak bercela dan tak berbuat kesalahan. Tetapi Allah mencari-cari alasan melawan aku, dan diperlakukan-Nya aku sebagai seteru. Ia mengenakan rantai pada kakiku; dan mengawasi segala gerak-gerikku.’”
Elihu tidak terima karena di matanya Ayub telah bertindak kurang ajar terhadap Allah. Dalam pemandangan Elihu, Ayub telah menuduh Allah mencari-cari kesalahan dan memberlakukannya sebagai musuh. Inilah yang tidak dimengerti Elihu, kok bisa-bisanya Ayub mengatakan bahwa Allah mencari-cari kesalahan pada dirinya. Padahal Ayub merasa bersih lahir dan batin dan dia tahu bahwa Allah pun mengakuinya.
Elihu pun tak dapat lagi menahan perasaannya. Dalam ayat 12-13 dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ia berkata, ”Hai Ayub, pendapatmu salah belaka! Sebab Allah lebih besar daripada manusia. Mengapa engkau menuduh Allah bahwa Ia tak mengindahkan keluhan manusia?”
Dalam kerangka berpikir Elihu, Allah Mahabesar. Sehingga berbantah dengan Allah sungguh tidak masuk akal. Dengan kata lain, menggunakan frasa anak muda beberapa dekade lalu, ”Allah kok dilawan!”
Kata-kata Elihu tentu ada benarnya. Namun, kemungkinan besar semua itu keluar dari mulutnya karena dia memang belum merasakan apa yang dirasakan Ayub. Pada titik ini tindakan Elihu tak beda dengan tindakan tiga sahabat Ayub lainnya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional