Posted on Tinggalkan komentar

Kesenangan

Pengkhotbah 2:1-3

Dalam ayat 1, sang pemikir berkata dalam hatinya, ”Mari, aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun sia-sia.” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) tertera: ”Aku memutuskan untuk menyenangkan diri saja untuk mengetahui apa kebahagiaan. Tetapi ternyata itu pun sia-sia.”

Sang pemikir jujur. Kesenangan itu tak akan ada habisnya. Setelah didapat, malah membuat kita merasa kurang. Anehnya, ketika tak dicari, rasa senang itu malah menghampiri.

Selanjutnya sang pemikir menyimpulkan, dalam ayat 2 (BIMK), ”Aku menjadi sadar bahwa tawa adalah kebodohan dan kesenangan tak ada gunanya.” Pertanyaannya adalah apakah kita tak boleh tertawa dan bersenang-senang?

Tentu boleh. Hanya sang pemikir hendak mengingatkan untuk tidak mencari semuanya itu. Ketika mencarinya, kita mungkin tidak mendapatkannya. Atau, kalau mendapatkannya, malah membuat kita mencari lebih banyak lagi. Kedua kondisi itu bisa membuat kita frustrasi.

Berkait kesenangan, baiklah kita memandangnya sebagai rahmat Allah. Saat tidak mencari-cari, kemungkinan besar kita malah menerimanya.

Itu jugalah nasihat Yesus Orang Nazaret, ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). Juga kesenangan.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Chang Duong

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *