Posted on Tinggalkan komentar

Kemalasan

(Pengkhotbah 10:18)

Berkait kemalasan, sang pemikir membuat gambaran menarik pada ayat 18: ”Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah.” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Atap rumah akan bocor kalau tidak dibetulkan, dan akhirnya rumah itu lapuk akibat kemalasan.”

Kelambanan itulah yang disorot sang pemikir. Pada kenyataannya manusia memang senang menunda. Alasannya, biasanya, belum ada waktu untuk mengerjakannya. Dan lama-kelamaan malah lupa mengerjakannya. Atau, kalaupun ingat, senyatanya penundaan yang terlalu lama malah akan membuat diri makin enggan mengerjakannya. Ujungnya sesal di hati.

Ambil contoh gambaran sang pemikir tadi. Ketika genting bocor tak langsung diperbaiki, maka kebocoran akan menjadi semakin besar. Yang akhirnya membuat kayu penyangga genting itu lapuk, dan atap pun. Semua itu terjadi karena malas. Ya, malas memperbaiki genting bocor.

Senada dengan peribahasa Cina: ”Keberhasilan mengatasi kebakaran sebenarnya merupakan kegagalan mengelola api itu ketika masih kecil.” Dalam banyak hal, memang ini yang terjadi. Menunda untuk mengerjakan sesuatu—yang mungkin remeh—hanya akan mendatangkan bencana.

Tentu, itu tidak berarti kita harus bersikap grasah-grusuh (tergesa-gesa). Namun, menunda sesuatu yang penting—apalagi mendesak—karena rasa malas hanya akan membuat kita menuai akibat buruknya. Oleh karena itu, perlulah bagi kita, setiap hari, menentukan skala prioritas bagi diri kita sendiri.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: James Lee

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *