(Ayb. 39:8-11)
”Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang? Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring; ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.”
Keledai liar di Timur Dekat lebih besar dan lebih bertenaga daripada keledai di Barat. Banyak keledai menjelajah secara bebas , tetapi yang lain ditangkap, dijinakkan untuk menjadi alat transportasi atau untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dan Allah menegaskan bahwa Dialah yang membiarkan, tetapi juga tetap memelihara kehidupan keledai liar. Allah yang memberikan tanah sebagai rumah dan mencukupi kehidupan keledai-keledai liar itu dengan padang rumput.
Sekali lagi jelas bahwa Allah tak sekadar mencipta, namun juga memelihara ciptaan-Nya. Manusia tentu bisa memeliharanya, namun biasanya itu tergantung sejauh mana binatang atau tumbuhan memberikan manfaat baginya. Jika tidak memberikan manfaat, buat apa memeliharanya. Di sinilah perbedaan manusia dengan Allah.
Kelihatannya Allah ingin menunjukkan bahwa Dia peduli. Jika Ayub merasa bahwa Allah tidak memedulikannya, kemungkinan besar karena Ayub saja yang merasa baper karena penderitaan yang dialaminya. Itu juga yang sering kita rasakan ketika bencana menimpa kita. Namun, kita boleh percaya bahwa Allah, Sang Pencipta, mustahil mengabaikan ciptaan-Nya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional