(Ams. 1:10-14)
Dalam ayat 10 penulis Kitab Amsal mewanti-wanti: ”Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut.” Dalam pesan ini jelaslah bahwa kejahatan itu cenderung menular. Kebanyakan penjahat ingin mengajak orang melakukan kejahatan.
Mungkin karena mereka ingin teman. Bisa juga mereka merasa aman—mungkin juga nyaman—jika banyak orang melakukan tindakan kejahatan yang sama. Atau, jangan-jangan mereka ingin pemakluman. Bisa jadi mereka merasa, banyaknya orang yang melakukan kesalahan akan membuat mereka lolos dari hukuman. Sekali lagi karena banyak orang yang melakukannya. Dan itu membuat individu-individu tersamar.
Dalam skala kecil, itulah yang terjadi di kalangan pelajar dengan tawurannya. Mereka pasti enggak mau jika diajak duel—satu lawan satu. Mereka lebih suka keroyokan. Dan itu hanya mungkin terjadi ketika seorang pelajar mengajak yang lain. Sering yang diajak pun tak sungguh-sungguh paham alasan di baliknya. Yang penting rame-rame.
Dalam skala besar, korupsi juga tak pernah melibatkan satu individu saja. Untuk mengamankan tindakan korupsinya, seorang koruptor akan melibatkan banyak orang kunci. Setiap orang yang tahu tindakannya harus diberi uang tutup mulut. Sehingga muncul ungkapan ”korupsi berjemaah”.
Di atas semuanya itu, dengan jelas penulis Kitab Amsal mengingatkan pembacanya untuk waspada dan jangan ikut-ikutan. Biasanya mereka membujuk dengan ungkapan: ”Semua orang melakukannya.” Karena semua orang melakukannya, maka yang tidak melakukan mungkin akan merasa aneh sendiri.
Pada titik ini kita perlu menelaah ungkapan tadi. Benarkah? Pasti tidak. Itu hanyalah generalisasi tanpa dasar. Lagi pula, ungkapan tadi pasti salah jika kita tidak melakukannya. Logika macam beginilah yang perlu kita kembangkan untuk menangkal kejahatan berjemaah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Catalina Maria