(Ams. 1:8-9)
Penulis Kitab Amsal, dalam ayat 8-9, menyatakan: ”Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu; sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.”
Menurut penulis, mendengarkan dan tidak menyia-nyiakan nasihat orang tua itu layak dilakukan. Pertama, orang tua jelas lebih tua dari anaknya, dan dari sudut ini saja mereka pasti lebih berpengalaman. Karena itu, nasihat mereka biasanya lahir dari pengalaman hidup. Jadi bukan hanya teori.
Kedua, orang tua biasanya menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Bisa saja mereka pernah salah pada masa mudanya, dan mereka tidak ingin anak-anaknya jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Tentu, itu tidak berarti si anak tidak boleh merasakan akibat dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Akan tetapi, ini dari sudut orang tua, sayang rasanya jika anak mereka mengambil kesalahan yang tidak perlu.
Ketiga, orang tua hanya menjalankan perintah Allah sebagaimana dalam Ulangan 6:6-7: ”Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Itu berarti ketika anak-anak mendengarkan nasihat orang tua, mereka sedang menolong orang tua menunaikan tugasnya selaku orang tua. Dan menurut penulis Kitab Amsal, semua didikan dan ajaran itu seperti hiasan kepala dan kalung yang akan memperindah kehidupan mereka. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”ajaran-ajaran mereka menambah budi baikmu seperti hiasan kepala dan kalung memperindah rupamu.”
Mendengarkan orang tua memang bukan hal mudah. Kadang kita lebih suka mendengarkan diri sendiri. Namun, mengingat bahwa orang tua itu lebih berpengalaman dari kita, dan juga mengasihi kita, mendengarkan mereka sungguh tindakan yang wajar.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Jon Flobrant