(Ams. 3:31-35)
Dalam ayat 31-32, penulis Kitab Amsal memberikan nasihat: ”Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satu pun dari jalannya, karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.”
Sikap iri itu merusak hati. Dan ketika berbuah dalam tindakan menjadi sungguh berbahaya. Karena iri, seperempat penduduk ”dunia” Alkitab mati. Itulah yang dicatat dalam Kitab Kejadian ketika Kain membunuh Habel. Ya, rasa iri itu—dan Kain tidak berani berdebat dengan Allah berkait penerimaan persembahan—membuat Kain panas hati dan akhirnya menyudahi hidup adiknya.
Iri hati terhadap orang yang berbuat jahat pun sama berbahayanya. Setidaknya ada dua kemungkinan yang terjadi, tentu berpangkal dari rasa iri tadi. Pertama, kita menjadi marah kepada orang tersebut dan mengutuknya habis-habisan. Kita enggak rela melihat orang yang berbuat jahat terlihat bahagia, sedangkan kita ternyata enggak sebahagia dia. Rasa marah hanya akan menyakiti hati sendiri, bahkan mungkin kita menyalahkan Tuhan. Ini jelas merugikan.
Kedua, kita tergoda untuk melakukan kejahatan yang sama. Dan menganggapnya sebagai panggilan zaman. Toh, tidak akan terjadi apa-apa. Dan penulis Kitab Amsal buru-buru menyatakan bahwa tindakan itu hanya akan membuat kita menjauh dari Tuhan. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sebab, TUHAN membenci orang yang berbuat jahat, tetapi Ia akrab dengan orang yang lurus hidupnya.”
Oleh karena itu, jangan iri!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Jorge F.