Posted on Tinggalkan komentar

Belajar Kepemimpinan dalam Keluarga

(Ams. 4:1-9)

Dalam ayat 1, penulis Kitab Amsal menekankan: ”Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku.”

Penulis menegaskan bahwa mendengarkan seorang ayah merupakan sikap yang arif. Mengapa? Sebab ayah adalah pemimpin keluarga. Kepemimpinan itu didapatkannya dari Allah sendiri. Jadi, mendengarkan seorang ayah berarti mendengarkan seorang pemimpin. Ketika seorang anak mendengarkan didikan ayahnya, pada titik itu juga dia sedang belajar kepemimpinan.

Dalam kepemimpinan mendengarkan adalah kata kunci. Arahan sang pemimpin akan sungguh-sungguh dipahami dengan jelas selama para pengikutnya menyediakan dirinya untuk mendengarkan. Akan menjadi masalah tatkala para pengikut malah lebih suka mendengarkan suaranya sendiri.

Sekali lagi, seorang anak dapat belajar kepemimpinan mulai dari rumah. Ketika anak mampu mendengarkan didikan ayahnya, maka suatu saat kelak dia akan mampu mendengarkan suara dari pemimpinnya. Karena terlatih mendengarkan, ketika menjadi pemimpin pun dia masih mau mendengarkan orang-orang yang dipimpinnya. Dia menjadi pemimpin yang mendengarkan. Dia ditaati para pengikutnya karena telah terlebih dahulu mendengarkan mereka.

Mari kita mendengarkan ayah kita! Bisa jadi dia tak lagi bersama kita di dunia. Namun, kita tetap bisa mendengarkannya dengan cara memelihara semua nasihat yang pernah diberikannya.

Uniknya, Allah sendiri telah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa kita. Karena itu, marilah kita juga mendengarkan Dia—Sang Pemimpin hidup kita!

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Jon Tyson

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *