Posted on Tinggalkan komentar

Jalan Orang Fasik dan Jalan Orang Benar

(Ams. 4:14-19)

Dalam ayat 14-15, penulis Kitab Amsal menegaskan: ”Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus.”

Hidup memang pilihan. Berkait dengan semua jalan, pilihan yang diberikan kepada kita hanya dua: jalani atau lupakan. Dan penulis mewanti-wanti pembacanya untuk tidak menaruh perhatian sedikit pun pada jalan orang fasik. Lupakan saja! Dan jalan terus.

Mengapa? Alasannya sungguh logis. Pada ayat 18-19 penulis menyatakan dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini: ”Jalan orang jahat gelap seperti kelamnya malam. Mereka tersandung dan jatuh tanpa mengetahuinya. Sebaliknya, jalan yang dilalui orang baik adalah seperti terbitnya matahari; makin lama makin terang, sampai akhirnya menjadi terang benderang.”

Dengan kata lain, ngapain capek-capek melalui jalan yang gelap. Dalam gelap manusia tidak dapat melihat apa-apa. Semua serbagelap. Manusia pun harus meraba-raba ketika melalui jalan itu. Dan risiko tersandung akan selalu ada. Sekali lagi karena semua serbatak pasti.

Namun, jalan orang benar itu seperti terbitnya matahari: makin lama makin terang. Semua serbapasti karena serbabenderang. Melalui jalan semacam ini energi kita tidak akan terkuras dan rasa was-was pun lenyap. Yang ada hanyalah damai sejahtera. Dan sejatinya jalan semacam ini memang menyehatkan batin. Ya, pilihlah jalan orang benar.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Bruno Nascimento

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *