Ams. 31:30-31)
” Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!”
Inilah amsal terakhir dari ibunda Lemuel berkenaan dengan istri yang cakap. Kita, manusia abad ke-21, bisa memahaminya sebagai kesimpulan akhir. Berkait dengan wajah perempuan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini dinyatakan: “Paras yang manis tak dapat dipercaya, dan kecantikan akan hilang; tetapi wanita yang taat kepada TUHAN layak mendapat pujian.” Tidak berarti bahwa paras cantik memang tiada arti sama sekali. Bagaimanapun, itu adalah karunia dari Sang pencipta. Namun, yang lebih penting adalah ketaatan seorang perempuan kepada Allah.
Lagipula, seiring waktu kecantikan fisik akan hilang. Tampaknya, amsal ini ingin menekankan kecantikan budi yang merupakan buah dari ketaatan kepada Allah. Di mata ibunda Lemuel, ketaatan kepada Allah itulah yang membuat perempuan menjalankan tugasnya sebagai istri. Dia menjalani tugasnya sebagai istri maupun sebagai ibu dalam rangka ketaatannya kepada Allah. Dia menanggapi panggilan Allah dalam keistrian dan keibuannya. Dia menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya karena itu merupakan panggilan Allah sendiri. Sehingga tujuan tertingginya, bukanlah menyenangkan suami atau anak, tetapi menyenangkan Allah sendiri.
Dan untuk istri macam begini, ibunda Lemuel menegaskan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Balaslah segala kebaikannya; ia wanita yang patut dihormati di mana-mana!” Dengan kata lain, istri yang cakap patut mendapatkan upahnya. Dan dengan ini amsal-amsal tentang istri yang cakap berakhir. Sekaligus menutup Kitab Amsal.
Mungkin terlintas pertanyaan: mengapa Kitab Amsal ditutup dengan kisah istri yang cakap? Jawabannya tentu hanya redaksi yang mengetahuinya. Namun, kita bisa menduga, orang Israel memahami pentingnya keluarga. Dan istri yang cakap adalah tiang keluarga.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional