(Luk. 22:31-34)
”Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”
Demikianlah peringatan sekaligus janji Yesus Orang Nazaret kepada Simon Petrus. Sang Guru memperingatkan murid-Nya bahwa Iblis telah menuntut untuk mencobai. Itu berarti sebagai seorang murid, Simon mesti memahami bahwa itu jugalah panggilan seorang murid. Sebagaimana Sang Guru, sang murid tidak kebal terhadap cobaan Iblis. Dan karena mereka adalah murid, Iblis tampaknya sengaja mencobai apakah mereka seteguh Sang Guru atau tidak.
Dengan kata lain, pencobaan semestinya tak perlu membuat para murid galau. Karena mereka murid Yesus Kristus, maka mereka dicobai. Jika tidak, tentu tidak akan pernah dicobai. Sehingga, para murid—juga kita yang hidup pada abad XXI ini—dipanggil juga untuk menerima pencobaan itu secara wajar. Jangan takut, tetapi juga tak boleh sombong.
Uniknya, itulah yang tidak dilakukan Petrus. Dengan penuh percaya diri dia berkata, ”Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Bisa jadi Petrus tersinggung saat Sang Guru mengatakan bahwa dia akan jatuh. Dan Yesus langsung menukas, ”Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal bahwa engkau mengenal Aku.” Itu jugalah yang terjadi.
Seandainya Simon Petrus menyelami kata-kata Sang Guru lebih dalam, bisa jadi dia tidak akan sesombong itu, bahkan terhibur karena Yesus telah berdoa untuknya. Apa yang lebih menghibur ketimbang hal ini. Dan Sang Guru mengingatkan pula bahwa jatuh dalam pencobaan itu bukan aib, bahkan bisa menjadi berkat. Sebab hanya orang yang pernah jatuhlah yang bisa menguatkan orang lain yang mengalami pencobaan yang sama.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional