(Luk. 22:35-38)
”Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai kantong perbekalan; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab Aku berkata kepada kamu bahwa nas yang tertulis ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.”
Demikianlah pesan Yesus kepada para murid-Nya. Kita, pembaca abad XXI, mungkin sulit memahami pesan ini. Kita hanya bisa menduganya. Kemungkinan besar karena cap yang akan disematkan orang banyak kepada diri-Nya. Ya, kematian di atas kayu salib sedikit banyak akan memasukkan Yesus ke dalam kalangan pemberontak.
Bisa jadi orang banyak yang semula bersimpati kepada Sang Guru dari Nazaret malah takut menunjukkan simpati itu. Kemungkinan besar karena mereka enggak mau kena masalah jika memihak Yesus Orang Nazaret.
Ketika pengutusan dua belas murid, juga ketujuh puluh murid, Yesus memang melarang mereka membawa apa-apa. Sebab orang banyak bisa menjadi alat Yesus untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, situasi saat penyaliban dan sebelum kebangkitan memang berbeda. Bahkan, orang banyak yang semula mendukung, malah membenci para murid Yesus. Sekali lagi karena mereka adalah murid dari Sang Pemberontak.
Yang menarik adalah sewaktu para murid mengatakan bahwa mereka mempunyai dua pedang, Yesus berkata, ”Sudah cukup.” Dua pedang sudah cukup karena Yesus hanya dianggap dan bukan pemberontak. Sudah cukup juga karena Yesus juga adalah Pribadi yang mencukupkan.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional