Posted on Tinggalkan komentar

Hampa Hiburanmu

(Ayb. 21:27-34)

”Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka!” (Ayb. 21:34). Demikianlah kesimpulan Ayub terhadap semua penghiburan yang boleh diterima dari para sahabatnya. Tentulah, awalnya Ayub bahagia dengan kedatangan para sahabatnya. Mereka hadir. Duduk bersama-sama dengan dia. Tidak berkata apa-apa. Hanya diam selama tujuh hari tujuh malam.

Namun, ketika mereka mendengarkan keluh kesah Ayub, mereka mulai bicara. Dari nada menghibur, berubah menjadi menasihati, dan akhirnya malah menghakimi. Kenyataan itulah yang membuat Ayub marah dan menganggap semua penghiburan mereka kosong dan perkataan mereka bohong.

Berkait orang fasik, dalam ayat 31-33 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, Ayub berkata, ”Tak ada yang menggugat kelakuannya; tak ada yang membalas kejahatannya. Ia dibawa ke kuburan, dan dimasukkan ke dalam liang lahat; makamnya dijaga dan dirawat. Ribuan orang berjalan mengiringi jenazahnya; dengan lembut tanah pun menimbuninya.”

Pada kenyataannya, inilah yang terjadi dalam dunia manusia, tak ada yang mempersoalkan kejahatan orang fasik. Dunia secara umum memahami tindakan mereka sebagai hal yang lumrah. Bahkan, ketika kedapatan berbuat kejahatan, yang dipersalahkan bukanlah diri mereka, tetapi adanya kesempatan yang membuat mereka melakukan hal itu. Jadi, yang disalahkan strukturnya, dan bukan orangnya.

Itu jugalah yang terjadi pada masa kini. Banyak pendapat, tindak pidana korupsi terjadi karena kurangnya gaji. Dan karena itu, peningkatan gaji diyakini menjadi salah satu jalan keluar dalam upaya pemberantasan korupsi. Namun, sejarah membuktikan: gaji naik, namun korupsi makin membahana.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *