Pemazmur membuka dan menutup Mazmur 150 dengan ucapan ”Haleluya”. Haleluya—dari bahasa Ibrani—terdiri atas halelu dan Yahwe, yang berarti ”Pujilah TUHAN”. Ucapan yang memang cocok menjadi pembuka dan penutup mazmur ini. Itu berarti ketika seseorang selesai membaca Kitab Mazmur secara keseluruhan dia diajak untuk berseru, ”Haleluya!” Sangat simbolik memang karena seluruh Kitab Mazmur berdasar dan dibangun atas ungkapan ini.
John Stott, dalam bukunya Sepanjang Tahun Menelusuri Alkitab, mengatakan bahwa mazmur ini mengajari kita di mana, mengapa, bagaimana, dan siapa yang mesti memuji Allah.
Di mana? Dalam ayat 1: ”di tempat kudus-Nya”. Aslinya mengacu pada Bait Allah di Yerusalem. Namun, di dalam Yesus tempat diperluas hingga ke ujung-ujung bumi. Juga: ”dalam cakrawala-Nya yang kuat”. Itu berarti surga dan bumi memuliakan Allah.
Mengapa? Dalam ayat 2: ”karena segala keperkasaan-Nya… sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!” Israel selalu merayakan perbuatan Allah yang luar biasa dalam penciptaan dan penebusan.
Bagaimana? Semua alat musik harus dimainkan: sangkakala, gambus, kecapi, rebana, dan seruling, juga tarian.
Siapa? Pemazmur menyerukan pada ayat terakhir: ”Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!” Meski tumbuhan dan hewan itu hidup, mungkin yang dimaksud pemazmur adalah seluruh manusia. Dengan kata lain, sembari bernafas—itu artinya setiap saat—kita memuji Allah. Itu berarti pula pada setiap waktu.
Sekali lagi, Mazmur 150—berarti juga seluruh Kitab Mazmur—ditutup ajakan untuk memuji Allah. Itu berarti kita diajak untuk terus memuji Allah baik kala pandemi maupun kenormalan baru. Dan marilah sekarang kita berseru penuh syukur, ”Haleluya!”
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Istimewa