(Ayb. 20:12-29)
”Sungguhpun kejahatan manis rasanya di dalam mulutnya, sekalipun ia menyembunyikannya di bawah lidahnya, menikmatinya serta tidak melepaskannya, dan menahannya pada langit-langitnya, namun berubah juga makanannya di dalam perutnya, menjadi bisa ular tedung di dalamnya” (Ayb. 20:12-14). Zofar masih bicara soal nasib orang fasik. Semuanya memang tak menyenangkan.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Alangkah manis kejahatan dalam mulutnya! Rasanya sayang untuk segera menelannya; sebab itu disimpannya di bawah lidahnya, supaya lama ia menikmatinya. Tapi makanan itu berubah di dalam perut, menjadi racun pahit pembawa maut.”
Kejahatan memang manis. Tak heran banyak orang merasa ketagihan melakukannya. Dan akhirnya memahaminya sebagai kebenaran. Namun, Zofar menyatakan bahwa semuanya bermuara dalam kebinasaan. Yang manis di mulut ternyata menjadi racun dalam perut. Itu sungguh menyakitkan.
Bahkan dalam ayat 18-19 dinyatakan: ”Ia harus mengembalikan apa yang diperolehnya dan tidak mengecapnya; ia tidak menikmati kekayaan hasil dagangnya. Karena ia telah menghancurkan orang miskin, dan meninggalkan mereka terlantar; ia merampas rumah yang tidak dibangunnya.” Dengan kata lain orang fasik tidak mampu menikmati kejahatan. Kalaupun sepertinya dapat menikmatinya, dalam hatinya selalu diliputi kekhawatiran karena sewaktu-waktu semua itu akan dirampas daripadanya. Itulah ganjaran Allah bagi orang fasik.
Apa yang dinyatakan Zofar memang benar. Namun, karena menyatakannya di hadapan Ayub sembari marah, Zofar secara tak langsung telah menghakimi Ayub. Di matanya Ayub termasuk golongan orang fasik. Buktinya adalah semua yang dimilikinya musnah sebagaimana ganjaran terhadap orang fasik.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional